Walhi Kecam Penembakan Pengunjuk Rasa di Parigi Moutong
Senin, 14 Februari 2022 11:54 WIB
PALU, POSKOTA SULTENG - Walhi Sulawesi Tengah mengecam tindakan kepolisian dalam pembubaran aksi nassa penolakan tambang emas di Parigi Moutong yang berujung kematian seorang warga.
Diduga, Korban atas nama Erfaldi (21 tahun) asal Desa Tada, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, tewas tertembak oleh aparat saat pembubaran massa aksi yang memblokir Jalan Trans Sulawesi di Desa Sinei sejak Sabtu 12 Februari 2022 hingga Ahad, 13 Februari 2022 dini hari.
Direktur Eksekutif Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi Katili mengatakan, aksi-aksi penolakan warga terhadap perusahaan tambang emas itu sudah dimulai sejak tahun 2010.
“Ketika izin perusahaan tambang dikeluarkan pemerintah, penolakan itu sudah muncul dari masyarakat Kecamatan Tinombo Selatan," ungkapnya.
Sunardi menyebut, masyarakat merasa tertipu lantaran seiring waktu, aktivitas pertambangan tidak lagi berjalan.
Namun secara tiba-tiba kata Sunardi, pada Agustus 2020, status IUP perusahaan tersebut dinaikkan menjadi IUP Operasi Produksi oleh dinas ESDM Sulawesi Tengah dengan luasan 15.725 hektare.
“Terkait hal ini, masyarakat merasa tertipu. Pasalnya, tidak pernah ada sosialisasi yang dilakukan baik dari pihak perusahaan maupun pemerintah," ungkapnya.
Sunardi membeberkan, sejak terbitnya IUP baru tersebut, masyarakat melakukan beberapa kali aksi protes sejak 31 Desember 2020. Aksi protes masyarakat berujung menuntut pencabutan IUP perusahaan tambang emas, karena dampak pertambangan telah dirasakan. Salah satu dampak yaitu berupa keberadaan tiga lubang tambang di kebun milik masyarakat.
Selain itu, Fanny Tri Jambore, Manajer Kampanye Isu Tambang dan Energi Eksekutif Nasional Walhi mendesak Kapolri untuk melakukan evaluasi secara serius di tingkat jajaran Polri serta meminta Kapolri mengusut tuntas tewasnya seorang warga Parigi Moutong saat pembubaran masa aksi oleh aparat kepolisian
“Kejadian berulang ini harus dihentikan. Kapolri harus memberi perhatian serius berkaitan dengan konflik-konflik agraria dan lingkungan," seru Fanny.